Ringkasan Khotbah Ibadah Raya
Tanggal : 24 Juli 2022
Pembicara : Pdt. Kornelius Abraham
Tema : Roti Hidup 2
Ayat Pokok : Mat 19:5-6
Link : https://youtu.be/juQR6Jel-gg

(Mat 19:5-6) Yesus mengutip firman Allah dalam Kejadian 2, bahwa laki-laki akan meninggalkan ayah ibunya, bersatu dengan isterinya dan menjadi satu daging. Firman ini biasanya disampaikan saat pemberkatan nikah. Hamba Tuhan akan memberkati calon mempelai dengan menumpangkan tangan dan memberkati dengan umur panjang di tangan kanan dan kekayaan / kehormatan di tangan kiri (Amsal 3:16). Hal ini melambangkan kesatuan tubuh Kristus di dalam Theos, yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus

(Yoh 2:1) Dalam pernikahan di Kana, Maria memperhatikan bahwa persediaan anggur hampir habis. Dalam kehidupan kita, seringkali kita tidak menyadari kondisi rohani dari anak-anak kita. Kita harus selalu mengingatkan keluarga kita agar kerohanian kita minimal tetap terjaga, jangan sampai kekurangan anggur.

(Yoh 2:6) Saat peristiwa di Kana, ada 6 tempayan yang berisi 2-3 buyung. Tempayan itu melambangkan bejana kerohanian kita. Kata buyung dalam bahasa aslinya memiliki arti “Meter” dalam bahasa Indonesia. Hal ini melambangkan ukuran dalam kerohanian kita. Tuhan senantiasa mengukur kadar kerohanian kita.

(Mat 27:29) Ketika Yesus dimahkotai duri, Ia diberikan sebatang buluh. Kata buluh dalam ayat ini menggunakan bahasa asli “Kalamos” yang memiliki arti yang sama dengan Yohanes 2 yang berarti ukuran. Di dalam segala kondisi kurang baik yang sedang kita jalani, Tuhan mengukur kemampuan kita.

(Wah 11:1) Tuhan mengukur Bait Suci kita, kekudusan kita. Bagaimanakah kerohanian kita, kerohanian pasangan kita, kerohanian anak-anak kita. Mari kita introspeksi kondisi kerohanian kita masing-masing. Tuhan juga mengukur mezbah kita. Bagaimana kondisi “korban” yang kita persembahkan kepada Allah. Tubuh kita adalah korban persembahan yang hidup. Allah pun memperhatikan jumlah dari kita yang beribadah.

(Yoh 2:7) Yesus memerintahkan tempayan-tempayan diisi dengan air sampai penuh, melambangkan kerohanian kita yang harus terus dipenuhi sampai penuh, bahkan hingga meluap menjadi hujan.

(Ulangan 11:14, Yoel 2:23-29) Hujan awal telah digenapi di masa gereja mula-mula. Kita sedang menantikan nubuatan hujan awal dan hujan akhir digenapi di hari-hari terakhir. Marilah kita berubah dalam pembaharuan budi dan memperhatikan kondisi kerohanian kita dan anggota keluarga kita sehingga kita mengetahui kadar kerohanian kita masing-masing dan terus bertumbuh.

Amin, Tuhan Yesus memberkati.