Ayat Pokok : Efesus 4:3-6

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, ke belakang tabir di mana Yesus telah masuk (Ibr 6:10). Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan (Ibr 11:1). Iman = percaya bahwa Tuhan ada dan percaya kepada Tuhan, serta mempercayakan diri kepada Tuhan, percaya kepada firmanNya dan melakukannya.

(Kel 14:1-14) Tuhan mengeraskan hati Firaun sehingga Firaun mengejar bangsa Israel. Keinginan manusia cenderung mengandalkan kekuatan diri sendiri. Itu adalah harapan yang palsu. Ketika Allah turun tangan, tidak ada satupun yang kita miliki dapat menahannya (Kej 14:15-31)

(2 Raja-raja 23:36 – 24:7) Yoyakhim berani memberontak karena berharap raja Mesir akan membantunya (Yeremia 46:2-6). Sejak jauh-jauh hari, Allah telah berfirman jangan berharap kepada kekuatan sendiri, dan jangan kembali kepada Mesir dan mengandalkannya (Ulangan 17:14-16). Mesir adalah lambang dari perbudakan duniawi. Dengan kembali mengandalkan Mesir, kita mengambil seluruh harapan kita dan menggantungkannya kepada kekuatan sendiri / dunia.

(Roma 4:18-25) Abraham tidak memiliki dasar untuk berharap karena usianya tidak muda lagi, dan kandungan Sara sudah tertutup. Tetapi imannya tidak menjadi lemah. Karena itu, walaupun secara duniawi tidak ada dasar untuk berharap, namun iman Abraham yang tetap kuat menyebabkan harapan itu tetap ada. Saat secara duniawi tidak ada lagi dasar untuk berharap, namun iman kita yang kuat akan mempertahankan harapan kita.

Yang membedakan harapan dengan iman, adalah (Markus 11:22-24) : Harapan akan terjadi di masa depan, namun iman diterima saat ini juga. Saat Abraham siap mempersembahkan Ishak sesuai permintaan Allah, ia sudah percaya bahwa ia sudah akan mendapatkan gantinya dari Allah (Ibrani 11:19)

Orang yang percaya bahwa Yesus sudah menyelamatkannya, saat itu juga ia memiliki iman bahwa ia sudah diselamatkan. Sebagai anak Tuhan, biarlah kita memiliki iman yang akan menjadi dasar dari segala pengharapan kita.

(Yakobus 4:2-4) Saat harapan kita tidak tercapai, penyebabnya karena :

  • Kita tidak berdoa ➔ tidak beriman
  • Walaupun kita telah beriman, namun keinginan kita tersebut untuk memuaskan hawa nafsu kita sendiri

Iman yang ada hanya untuk memuaskan hawa nafsu adalah iman yang salah

(Roma 10:17) Iman yang benar ialah iman yang berdasarkan firman Tuhan. Yaitu, iman yang akan melaksanakan kehendak Tuhan (Yesaya 55:11). Karena itu milikilah iman yang benar yang sesuai dengan kehendak Allah. Bila kita tinggal di dalam Tuhan dan firmanNya tinggal di dalam kita, maka apapun yang kita kehendaki kita akan menerimanya (Yoh 15:7). Saat kita tinggal di dalam firmanNya, harapan kita akan sesuai dengan kehendak Allah dan bukan untuk memuaskan hawa nafsu kita.

Amin, Tuhan Yesus memberkati.